Mengendalikan Hama di Lingkungan Permukiman

Mengendalikan Hama di Lingkungan Permukiman

Hari ini waktunya meluaskan ilmu dan wawasan dengan mengikuti seminar daring yang sekarang sering disebut zoominar – karena menggunakan aplikasi zoom, mengenai Pengendalian Hama Lingkungan Permukiman.

Kenapa seorang epidemiolog ikut zoominar semacam ini? Kan, materinya mengenai hewan atau dalam hal ini binatang yang dianggap sebagai hama di lingkungan Kita?

Hmmm … Sepertinya masuk akal, sih. Namun, kalau dipikirkan lagi, terbukti jika pemikiran ini keliru.

Sebab, meskipun membahas tentang hewan, atau dalam hal ini dipersempit menjadi hama di lingkungan permukiman, mereka semuanya bisa juga menjadi vektor atau bahkan sumber penularan penyakit pada manusia. Dan karena seorang epidemiolog mengurus berbagai hal yang berkaitan dengan agen, manusia dan lingkungan, maka pembahasan mengenai hama lingkungan permukiman yang juga berpotensi menularkan penyakit, masih termasuk ranah pembahasan seorang epidemiolog juga.

Dari pembahasan hari ini, ternyata banyak juga hewan yang termasuk hama di lingkungan permukiman. Dan rasa-rasanya, bisa jadi ada pula sebagian spesiesnya di rumah. Yuk, cek bareng keberadaan hewan-hewan ini, supaya bisa dikendalikan dan akhirnya membuat hidup kita makin sehat dan nyaman.

1.Tikus

Hewan ini memang hama nomor satu jika ternyata ada di rumah. Keberadaannya di lingkungan permukiman, bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berbahaya untuk kesehatan.

Tikus yang mengandung pinjal di tubuhnya, bisa menjadi sumber penularan penyakit pes. Urine atau air kencing tikus, meskipun terkesan remeh, jika terkena kulit tubuh kita yang luka akan menyebabkan penyakit Leptospirosis yang cukup berbahaya. Dan masih banyak lagi kerugian yang mungkin timbul akibat tikus yang bersarang di sekitar rumah.

2. Kecoak

Saya sedikit skeptis jika ada rumah yang sama sekali tak ada kecoaknya. Bukan apa-apa, sebab hama satu ini memang jamak keberadaannya di lingkungan permukiman. Jadi, satu, dua bahkan lima, mungkin ada di rumah kita. Namun, kita tidak pernah menggubrisnya karena mereka asyik mendekam di sudut-sudut lemari atau di pojok kamar.

Kecoak makan berbagai macam makanan, termasuk sampah busuk. Itu sebabnya, serangga ini berpotensi menularkan penyakit diare, gastroenteritis, typhoid dan banyak penyakit infeksi lain yang berbahaya bagi manusia

3. Rayap

Meskipun rayap hanya memakan kayu-kayuan, bukan berarti tidak membahayakan Kita. Ada beberapa bahaya yang disebabkan oleh rayap. Di antaranya adalah merusak furnitur di rumah, merusak dokumen penting, mengikis pondasi rumah – yang dibuat dari kayu tentunya, sehingga bisa mengancam keselamatan penghuni rumah. Debu sisa kayu yang bertebaran di mana-mana juga dapat membuat kotor lingkungan rumah dan menyebabkan gangguan pernafasan.

4. Semut

Meskipun tidak semua jenis semut berbahaya bagi manusia, tetap saja kehadirannya di lingkungan rumah, sangat mengganggu kenyamanan hidup. Apalagi jika yang ditemukan adalah semut api atau semut rangrang. Yang menurut referensi, bisa menyebabkan shock. Dan pada kondisi ekstrim bahkan dapat menimbulkan kematian.

Sebenarnya masih banyak jenis hama yang mungkin ada di lingkungan kita. Namun dalam seminar ini hanya dibahas beberapa hama seperti tersebut di atas. Yang semuanya tentu menjadi gangguan baik kenyamanan maupun kesehatan yang pada titik tertentu harus diintervensi.

Menariknya, nilai ambang batas estetika (toleransi) terhadap hewan-hewan ini sehingga membutuhkan tindakan perlakuan, ternyata tidak ditentukan dari jumlah populasi hama bersangkutan. Melainkan dari rasa terganggu yang kita rasakan. Sehingga, tentu saja tidak ada angka baku. Karena “rasa terganggu” setiap orang pasti berbeda. Bisa saja 2-3 ekor tikus di suatu rumah sudah membuat tidak nyaman, misalnya. Sedangkan di rumah lain, harus ada lalu lalang belasan tikus dulu untuk menjadikan kondisi tadi perlu diintervensi. 🤭

Jadi, bagaimana cara mengendalikan hama-hama ini?

Dari materi yang disampaikan oleh para Narasumber, ada beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk memberantas para hama ini, yaitu :

a. Pestisida

Ada banyak pestisida yang ada di pasaran, yang bisa digunakan untuk membasmi hama yang ada di lingkungan kita. Namun sebaiknya dipilih jenis pestisida yang daya musnahnya tinggi, tetapi dengan efek samping kepada manusia dan lingkungan sekitarnya kecil. Dan perlu diperhitungkan juga biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan pemberantasan tadi. Jangan sampai biaya untuk mengendalikan hama, akan menguras kocek kita dan malah mengganggu biaya hidup kita sehari-hari

b. Modifikasi Lingkungan

Seya tidak terlalu paham mengenai modifikasi lingkungan ini, sebab bahasannya pun terbatas. Namun, sepertinya bisa dijelaskan sebagai tindakan untuk mengubah lingkungan rumah agar tidak sesuai lagi dengan habitat para hewan tadi. Misalnya, dengan menutup semua saluran pembuangan limbah rumah tangga dengan kawat kasa sehingga tikus tidak bisa masuk.

c. Metode Fisik

Metode fisik dalam pengendalian Hama, artinya melakukan tindakan fisik untuk memberantas hewan-hewan pengganggu ini. Misalnya dengan memasang perangkap tikus dan lain-lain

d. Sanitasi

Sanitasi adalah upaya untuk menciptakan keadaan yang baik di bidang kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat. Namun, dalam kontek pengendalian hama lingkungan permukiman ini, sepertinya tidak terlalu jauh berbeda dengan melakukan modifikasi lingkungan. Hanya lingkup tindakan yang dilakukan, dengan mengikuti standar kesehatan.

Sebab, hewan-hewan pengganggu tadi, habitat asli mereka biasanya lingkungan yang kotor, berantakan dan jelas tidak sehat. Sehingga sanitasi dalam pemberantasan hama artinya menjaga kebersihan lingkungan kita agar sesuai dengan standar PHBS, sehingga hama-hama tadi pun tidak akan betah berlama-lama di rumah kita.

e. Biologi

Metoda biologi adalah dengan menggunakan makhluk lain yang merupakan predator dari hama yang mengganggu di lingkungan kita. Misalnya memelihara kucing untuk memberantas tikus. Memelihara ikan di kolam untuk mengendalikan nyamuk dan lain sebagainya.

Salah seorang narasumber memberi ilistrasi menarik tentang tindakan biologi ini. Menurut dia, manusia sebenarnya bisa jadi predator untuk semua hama tadi. Tapi, ini pasti dibantah banyak orang. Karena sebagian besar hewan yang termasuk hama pengganggu biasanya menjijikkan, dan haram untuk umat muslim mengonsumsi hewan-hewan seperti ini. Kecuali darurat dan tidak ada makanan lain untuk mempertahankan hidup. Sehingga menganggap manusia sebagai predator untuk semua hama tadi, masih bisa diperdebatkan.

f. IoT (Internet of Thing)

Sebenarnya teknik terakhir ini sudah mencakup lima metode di atas. Karena di internet, bisa didapatkan informasi mengenai banyak hal. Termasuk Cara mengendalikan hama lingkungan permukiman ini. Saya pun mendapat tambahan referensi untuk menulis jurnal ini dengan melakukan penjelajahan internet, sehingga menemukan data tambahan untuk melengkapi artikel ini.

Terakhir, sepertinya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan permukiman dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan tindakan terbaik untuk mengendalikan banyak hama pengganggu. Gratis, lagi. Jadi, mungkin ini bisa menjadi pilihan terbaik untuk dilakukan dalam pengendalian hama lingkungan permukiman.

Sampai jumpa di zoominar selanjutnya ya.

#PHBSpilihanterbaik

#YukBerGayaHidupSehat

Referensi :

  1. Seminar Daring Nasional Peki Seri-6 : Pengendalian Hama Lingkungan Permukiman, diunduh dari https://www.peki.or.id/2020/07/seminar-daring-nasional-peki-seri-6.html?m=1
  2. Bahaya Rayap yang Seringkali Tak Disadari oleh Sebagian Orang, diunduh dari https://fumida.co.id/bahaya-rayap-yang-seringkali-tak-disadari-oleh-sebagian-orang/
  3. 6 Bahaya yang Bisa Ditimbulka Kecoak terhadap Kesehatan, diunduh dari https://lifestyle.kompas.com/read/2020/04/17/103021420/6-bahaya-yang-bisa-ditimbulkan-kecoa-terhadap-kesehatan?page=all#page2

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply