Suntikan Semangat untuk Teman-teman Sejawat

Suntikan Semangat untuk Teman-teman Sejawat
Bersama Pengelola Program P2P Filariasis dan Cacingan
Provinsi Jawa Barat

Menjadi tenaga kesehatan khususnya di masa pandemi begini, benar-benar punya tantangan tersendiri. Selain harus merelakan tidak mendapat jadwal WFH sama seperti ASN lain, akibat ketambahan covid-19 dan pemberian vaksinasi covid-19, tugas para tenaga kesehatan bertambah berkali-kali lipat.

Menyesal memilih profesi tenaga kesehatan? Nggak juga, sih. Hanya terkadang ingin melipir sejenak, buat memulihkan energi. Kalau bisa, pasti senang banget jika diizinkan piknik melepaskan kepenatan dan melupakan tekanan akibat target program yang menjadi tanggung jawab sendiri, di samping selalu diikutkan dalam kegiatan tracing kasus covid-19 atau vaksinasi covid-19 yang sedang gencar dilakukan sekarang

Garda Depan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Menjadi seorang epidemiolog, sebenarnya bukan pilihan pertama buat saya, melainkan sebagai tenaga medis. Tetapi, takdir menentukan di sini lah posisi terbaik Saya. Mengawal banyak program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, di tempat saya ditugaskan.

Buat saya dan teman-teman seprofesi — sebelum terjadi pandemi covid-19 — menelusuri kasus penyakit menular adalah hiburan sehari-hari. Melacak kasus Filariasis kronis, mengonfirmasi kejadian gigitan hewan penular rabies, melakukan penyelidikan epidemiologi kasus demam berdarah dengue dan Chikungunya, termasuk Malaria.

Bersama Pengelola Program P2P Malaria se-Jawa Barat

Terkadang juga ikut membantu teman melakukan pelacakan kasus penyakit menular lainnya, seperti difteri, campak dan masih banyak lagi. Bentuknya memang selalu sama. Yaitu mengunjungi penderita ke rumahnya, yang kadang berlokasi jauh di pelosok desa atau di lereng gunung. Sehingga kegiatan ini akhirnya menjadi liburan atau petualangan kami juga.

Baca juga Jalan-jalan dan Berpetualang Ala Epidkes

Meluaskan Manfaat Ala Tenaga Kesehatan

Buat sebagian tenaga kesehatan, menjalankan tugas seperti yang dilakukan kebanyakan orang adalah pilihan. Tetapi, buat banyak nakes lainnya, melakukan yang terbaik supaya target program tercapai dan angka kesakitan menurun merupakan keharusan. Sehingga apa pun akan diupayakan untuk mencapainya. Termasuk bertandang dari pintu ke pintu untuk memeriksa penduduk, apakah ada kasus penyakit yang tidak terdeteksi atau mungkin belum tercatat.

Atau dengan melaksanakan kegiatan pemberian obat untuk pencegahan suatu penyakit. Antara lain POPM (Pemberian Obat Pencegahan Masal) Cacingan dan Filariasis. Atau profilaksis untuk kontak erat kasus difteri dan pemberian obat untuk pencegahan lainnya.

Terkadang juga dengan melakukan survey cepat di sekolah, lansia atau kelompok rentan lainnya. Supaya kasus yang mungkin ada di kelompok ini, bisa terdeteksi secara dini.

Berbagai kegiatan ini sebenarnya tidak wajib dilakukan. Sehingga hanya nakes yang memiliki komitmen tinggi saja, yang siap melakukannya. Sebagai salah satu cara untuk mencakup kasus penyakit menular.

Sebenarnya, bila setiap kasus yang ada bisa terdeteksi, akan lebih cepat pula ditangani. Sehingga penularan ke lingkungan sekitar pun bisa dihindari. Ini tentu saja akan mengurangi banyak biaya penanggulangan juga nantinya.

Saat Pelacakan Kasus Filariasis Kronis di sebuah desa

Tidak Semua Pihak Welcome terhadap Kami

Salah satu tantangan terberat menjadi tenaga kesehatan, adalah saat menerima penolakan. Yup. Tidak semua pihak, termasuk masyarakat welcome terhadap kedatangan kami menemui mereka.

Apalagi saat awal pandemi setahun lalu. Banyak orang yang “ngamuk” tidak terima dirinya dinyatakan sebagai penderita covid-19. Apalagi bila kemudian tidak diizinkan keluar rumah untuk isolasi mandiri.

Bukannya kami tidak paham, kebutuhan mereka. Apalagi yang mata pencahariannya harus berkeliling. Tetapi, seharusnya itu bukan lagi ranah kesehatan, melainkan tugas penguasa daerah setempat yang mesti memastikan. Sehingga mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya tanpa harus keluar rumah.

Penolakan juga kerap kami dapatkan untuk pelaksanaan beberapa program kesehatan. Di antaranya imunisasi untuk anak sekolah dan pemberian tablet tambah darah untuk Remaja putri. Padahal, tujuan kami sudah jelas, ya. Imunisasi pada anak sekolah supaya mereka terlindungi dari penyakit campak dan rubella. Sedangkan pemberian tablet tambah darah pada Remaja putri, agar mereka terhindar dari anemia gizi besi.

Namun, begitu lah. Meskipun sudah diberikan penjelasan panjang lebar dan masuk akal. Tetap ada saja yang menolak dengan berbagai alasan.

Dukungan dan Apresiasi adalah Booster buat Kami

Memang sudah tugas kami, menargetkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi sebagai ukuran kinerja. Tetapi, itu hanya bisa dilakukan dengan dukungan dari semua pihak yang terlibat.

Program kesehatan yang sederhana sekali pun, serupa POPM (Pemberian Obat Pencegahan Masal) Cacingan, tetap memerlukan dukungan dari orang tua semua sasaran. Peran aparat desa untuk pelaksanaan di Posyandu. Serta bantuan tenaga pendidik untuk yang dilakukan di sekolah.

Nah, dukungan-dukungan seperti ini, sungguh merupakan booster buat kami. Sebab artinya pekerjaan kami bisa diterima dengan baik dan keberlangsungan program bisa dpastikan akan terwujud.

Banyak kunjungan ke lokasi kasus, seringnya memang diterima dengan baik. Bahkan, ada saja suguhan istimewa yang diberikan pada kami. Meskipun tampak sederhana berupa gorengan singkong panas dengan kopi atau Teh panas. Tetapi, karena diberikan dengan tulus, selalu sangat berkesan. Apalagi, jika disantap di tengah hamparan padi yang menghijau. Sungguh, apresiasi yang tak akan terlupakan.

Yah, menjadi tenaga kesehatan buat banyak petugas di antara kami, adalah panggilan hati. Dan ini lah bakti kami untuk negeri. Semoga apa yang dilakukan, bernilai ibadah juga. Sehingga bisa bekal bagi kami, saat pengadilan final terjadi nanti.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply