Mengenal Filariasis Atau Kaki Gajah

Mengenal Filariasis Atau Kaki Gajah

Pasti sudah pernah dengar ya, yang namanya Penyakit Filariasis. Atau banyak orang Indonesia familiar menyebutnya sebagai kaki gajah. Weis, serem ya, namanya – Kaki Gajah. Meskipun sebenarnya, Filariasis tidak hanya menyerang area kaki. Melainkan bisa di tangan, juga di payudara dan alat genital. Jadi untuk membiasakan, kita sebut filariasis aja, ya.

Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Merupakan penyakit tular vektor, karena ditularkan oleh nyamuk. Hampir 36 spesies nyamuk yang menjadi penular penyakit ini. Termasuk Culex sp, Aedes sp dan Anopheles sp yang juga menularkan penyakit demam berdarah dengue dan malaria.

Penyakit Filariasis juga dikenal sebagai penyakit umum. Artinya bisa menyerang siapa saja, tidak memandang jenis kelamin dan kelompok umur. Pun bisa terjadi di mana saja, selama ada habitat nyamuk penular dan orang yang terinfeksi cacing Filaria di sana.

Siklus Hidup Wuchereria bancrofti
(jenis cacing filaria yang banyak ditemukan di Jawa Barat) –
https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology.html

Gejala Filariasis

Gejala awal Filariasis tidak terlalu spesifik, bisa dikelirukan sebagai gejala dari penyakit lain sehingga mungkin banyak orang tidak merasa sedang terjangkit penyakit ini. Gejala tersebut di antaranya, adalah :

  1. Demam yang hilang timbul, muntah, sakit kepala, kedinginan, lemah.
  2. Pembengkakan pada kelenjar getah bening di daerah lipat paha, ketiak, yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
  3. Pembengkakan yang timbul hilang pada kaki, tangan, payudara, alat genital dan lain-lain yang tampak kemerahan dan tebal saat teraba.

Bila beberapa simptom ini kita alami, jangan takut untuk mencurigainya sebagai Filariasis dan langsung memeriksakannya ke tenaga kesehatan. Karena lebih baik mengetahui Filariasis di saat awal, agar bisa diobati dan sembuh tanpa kecacatan.

Sebaliknya, jika gejala-gejala awal tadi diabaikan, maka perjalanan penyakit bisa berlanjut ke stadium kronis yang dapat dilihat pada gambar di bawah.

Tahapan Pembengkakan pada Filariasis
Dirangkum dari Materi OTJ

Diagnosis

Selain gejala yang diderita, untuk memastikan seseorang terjangkit filariasis, bisa dilakukan dengan pemeriksaan darah jari saat malam hari. Namun pemeriksaan ini biasanya akan mendapatkan hasil negatif bila dilakukan saat pembengkakan sudah mencapai tahap 3 ke atas. Karena biasanya cacing filaria saat itu sudah mati. Namun sudah menimbulkan penyumbatan pada kelenjar limfe.

Pengobatan

Dianjurkan untuk berobat ke fasilitas kesehatan saat menderita gejala awal, agar hasil pengobatan dapat maksimal. Petugas kesehatan akan memberikan DEC yang merupakan pengobatan Karena jika diobati saat sudah terjadi fase pembengkakan permanen, pengobatan hanya dapat dilakukan untuk menghindari serangan akut dan kejadian sekunder akibat jamur dan bakteri pada lipatan-lipatan pembengkakan, termasuk saran perawatan harian pada pembengkakan untuk menghentikan tahap lebih lanjut.

Pencegahan dan Kontrol

Karena Filariasis merupakan penyakit yang ditularkan melalui vektor, maka salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari gigitan nyamuk dan pemberantasan sarang nyamuk secara berkesinambungan.

Berbeda dengan nyamuk demam berdarah yang menyerang pada pagi dan siang hari, nyamuk penular filariasis menggigit pada malam hari dan menjelang fajar. Sehingga dianjurkan menggunakan obat anti nyamuk dan perlengkapan yang dapat menghindari gigitan nyamuk saat tidur.

Karena secara teori dibuktikan bahwa bila ada 1 kasus filariasis kronis di suatu daerah, sebenarnya ada 10 orang di sekitarnya yang sudah terinfeksi cacing filaria dan mengalami gejala penyertanya dan 100 orang yang terinfeksi juga namun tidak menderita gejala apa pun. Sehingga sebagai salah satu strategi menghentikan penularan Filariasis di daerah seperti ini diberlakukan standar untuk melakukan survey darah jari pada kurang lebih 20 – 50 kontak sekeliling penderita. Bila hasil pemeriksaan negatif, berarti bisa dipastikan tidak terjadi penularan filariasis di area tersebut.

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif ditemukan mikrofilaria dalam sediaan darah saat survey darah jari tahap pertama, maka perlu dilakukan tahap selanjutnya terhadap kurang lebih 300 kontak di area yang sama. Hasil negatif dari SDJ tahap ini membuktikan tidak terjadi penularan berisiko di wilayah tersebut. Namun, bila hasilnya masih positif, berarti daerah itu merupakan daerah endemis filariasis yang harus diberlakukan POPM Filariasis selama 5 tahun berturut-turut, agar mata rantai penularan filariasis dapat diputuskan.

Selalu tidak mudah untuk memberantas apalagi menghilangkan penyakit filariasis di suatu daerah. Namun, tetap bisa dilakukan dengan penggalangan komitmen bersama antara masyarakat, para pengambil kebijakan dan tenaga kesehatan. Karena tanpa kontribusi dari semua, tak akan ada kegiatan penanggulangan yang terjadi sehingga juga tidak akan mengubah kondisi daerah tersebut menjadi lebih baik dalam hal penularan penyakit Filariasis.

Referensi :

  1. Permenkes Nomo 94 tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis
  2. Materi pada On The Job Training Pelacakan Kasus dan Tatalaksana Filariasis untuk Petugas P2 Filariasis dan Surveilans Epidemiologi di Kabupaten Majalengka, pada tanggal 12 November 2019.
  3. https://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis diunduh pada 16 November 2019
  4. Leaflet “Cegah Kaki Gajah” yang dikeluarkan oleh Dokter Insternship Puskesmas Kota Manna pada Bulan November 2013.
  5. Berbagai Sumber lain yang membahas tentang Penyakit Filariasis.

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Leave a Reply