Ada yang Diam-Diam Merangkak Naik

Ada yang Diam-Diam Merangkak Naik

Di tengah maraknya berita bertambahnya kasus positif Covid-19 di berbagai wilayah di Indonesia, ternyata ada kasus penyakit lainnya yang juga mulai meningkat

Sementara pandemi Covid-19 belum bisa diredam dan dikendalikan, angka penyakit demam berdarah dengue diam-diam mulai merangkak naik. Sehingga meskipun diberlakukan pembatasan fisik dan sosial, penyelidikan epidemiologi dan intervensi terhadap penyakit ini, tetap harus dilakukan, agar pengendalian penyakit terus diaktivasi.

Untuk Kabupaten Majalengka sendiri, sejak awal Januari lalu, kasusnya memang agak tinggi. Dan sampai akhir April Lalu, angkanya meningkat tajam melebihi angka kasus di Bulan yang sama periode tahun lalu.

Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

Setelah diamati dan dikaji, ada beberapa hal yang menjadi penyebab kenaikan kasus DBD di Kabupaten Majalengka, yaitu :

1. Perbaikan pengumpulan data kasus.

Pengumpulan data yang semakin baik, kok malah meningkatkan kasus DBD? Bisa saja. Sebab dengan makin baiknya pencatatan dan pelaporan kasus, maka kasus yang ditemukan akan semakin banyak.

Jika sebelumnya kasus DBD dilaporkan hanya data yang terkumpul melalui KDRS. Padahal, ternyata tidak semua kasus yang dirawat di rumah sakit dilaporkan melalui KDRS. Sehingga menyebabkan perbedaan antara kasus yang tercatat dengan kasus yang sesungguhnya terjadi.

Dan sejak awal tahun, pengumpulan dan pelaporan data DBD ini mulai concern diperbaiki. Sehingga perbedaan jumlah kasus seperti yang disebutkan di atas, bisa diminimalisir

2. Perilaku masyarakat.

Sebenarnya kita semua sudah tahu, bahwa penyakit DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang sayangnya habitatnya, seringkali disediakan oleh kita sendiri. Aneh, kan? Tapi kita mungkin tak sadar atau bisa jadi pura-pura tidak menyadari peranan Kita dalam memfasilitasi tempat hidup nyamuk ini.

Jadi selama masyarakat tidak mengendalikan perilaku kebersihan yang dapat membatasi sarang nyamuk ini, sehingga nyamuk bebas berkembang biak. Bisa dipastikan, nyamuk Aedes aegypti sebagai penular DBD makin banyak dan kasus pun pasti akan terus meningkat.

3. Kurangnya Integrasi Tindakan Pengendalian

Selama ini bukan lagi rahasia, jika pengendalian penyakit DBD dianggap sebagai tanggung jawab ranah kesehatan. Sehingga setiap ada kasus DBD, cukup minta fogging dan selesai. Padahal, pengendalian penyakit DBD lebih kompleks dari itu.

Untuk terjadinya satu kasus DBD butuh interaksi antara 3 komponen, yaitu agen, manusia dan vektor (lingkungan). Jadi, tentu saja butuh Integrasi dan sinergi dari semua komponen yang terlibat – bukan hanya tugas kesehatan saja.

Beberapa komponen masyarakat yang berpengaruh dalam mendukung intervensi Pengendalian DBD antara lain perangkat desa yang merupakan motor penggerak masyarakat, para pengambil kebijakan sebagai pembuat aturan berkaitan pengendalian penyakit DBD, sektor Pengelola Lingkungan Hidup yang bisa ikut menggerakkan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingungannya dan masih banyak sektor lain yang terkait.

Jadi, seharusnya setiap komponen ini paham akan perannya masing-masing dan siap berkontribusi untuk turut serta mengendalikan perkembangan penyakit DBD. Sehingga diharapkan bisa memberantas sarang nyamuk yang jangka panjanganya akan dapat juga menekan meningkatnya angka kasus DBD

Sumber Gambar : Hotline Covid-19

So, di mana posisimu? Yuk, berkontribusi. Supaya DBD tidak makin meningkat lagi.

#MenujuReduksiDBD
#BekerjasamaMengendalikanDBD

Referensi :
1. Materi ajar epidemiologi
2. Buku Pedoman Pengendalian DBD
3. Sumber Gambar Hotline Covid-19 dan Dokumentasi Pribadi

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

One Response

  1. Bulan Peringatan untuk Banyak Kondisi Kesehatan | Belajar EpidemiologiJune 26, 2021 at 10:19 pmReply

    […] Baca Juga : Ada yang perlahan-lahan naik. […]

Leave a Reply