Perkenalan yang Membuat Salah Paham
Pagi di sebuah akhir pekan yang permai, mendadak saya terkaget-kaget menyadari rasa nyeri di bagian bawah kedua telinga. Keterkejutan tadi bertambah ketika meraba area yang terasa sakit itu. Ternyata, di sana ada benjolan sebesar ibu jari. Tentu saja pikiran langsung resah, mencoba menebak yang sedang terjadi pada tubuh saya.
Bertanya teman seruangan kiri kanan yang kebanyakan memang paramedis dan cenderung lebih tahu, cukup menenangkan. Mereka bilang, itu hanya efek reaksi tubuh dalam melawan infeksi. Sehingga saya hanya disarankan mengonsumsi analgesik jika demam menyerang. Karena memang tidak merasakan gejala lain, saya merasa tenang mendapatkan penjelasan tadi.
Namun, di hari ketiga, demam meningkat drastis ditambah nyeri otot yang menyerang sekujur tubuh. Membuat saya bahkan tidak mampu bangun dari tempat tidur. Ya Allah, apa yang sedang terjadi dengan tubuh saya?
Karena takut bertambah parah, di samping tak kuat menahan nyeri yang sedang menyerang, saya terpaksa memeriksakan diri ke dokter keluarga. Saat itu, dokter mendiagnosis gejala yang saya derita sebagai faringitis. Ketika saya ingin memastikan diagnosis bandingnya, dokter menolak diagnosis tersebut. Jadi, begitulah. Saya diobati dengan pengobatan faringitis.
Lagi-lagi Mendapat Diagnosis yang Keliru
Setelah dua hari pengobatan, tidak terjadi perubahan yang berarti. Demam memang turun, tetapi naik lagi saat malam menjelang. Bahkan, nyeri otot menjadi bertambah parah, membuat saya hampir memutuskan berangkat ke IGD rumah sakit umum daerah, di tempat tinggal saya. Sayangnya, karena suami sedang tidak di rumah, akhirnya saya hanya minta anak, untuk mengantar ke klinik 24 jam terdekat.
Di sana, ternyata dokter yang memeriksa, memastikan bahwa saya terkena parotitis atau gondongan. Diagnosis pembanding yang pernah saya tanyakan pada dokter pertama yang memeriksa sebelumnya. Jadi, ternyata dugaan saya dikonfirmasi, bahwa menderita parotitis atau gondongan. Akhirnya saya singkirkan obat dari pengobatan pertama. Selanjutnya saya konsumsi obat yang diberikan dokter sebagai terapi untuk Parotitis.
Sepertinya penyakit yang sedang menyerang saya memang parotitis atau gondongan. Sebab, setelah hari kedua mengonsumsi obat, kondisi saya berangsur membaik. Meskipun saya masih harus menghabiskan antibiotik yang diberikan dokter.
Baca juga : Pembahasan Mengenai Penyakit Liburan
Tidak Sesederhana Anggapan Banyak Orang
Saat menduga sedang terkena parotitis, sebenarnya saya sedikit menganggap remeh. Sebab, penyakit yang umum dikenal sebagai gondongan ini, memang kerap terjadi pada anak-anak. Pengobatannya pun relatif mudah. Bahkan ada pengobatan tradisional yang menurut saya kurang logis, tetapi dipercaya mampu menyembuhkan penyakit ini. Yaitu menggunakan blau cuci. Aneh, kan? Apa hubungannya blau dengan penyakit.
Namun, rupanya ketika parotitis terjadi pada orang dewasa, tidak sesederhana kondisi pada anak. Dari banyak artikel yang saya baca, bahkan bisa menyebabkan serangan yang lebih berat jika menyerang orang dewasa.
Jadi, tentu saja saya terkejut merasakan gejala sehebat ini. Padahal, diagnosisnya hanya gondongan. Lagi-lagi, kondisi pasien yang berbeda akan menyebabkan tingkatan serangan penyakit yang berbeda juga.
Seperti Apa ya, Penyakit Parotitis itu?
Parotitis sesungguhnya merupakan satu dari banyak penyakit yang disebabkan oleh virus, yang bisa sembuh dengan sendirinya. Jadi, memang tidak berat, ya. Namun, buat orang-orang tertentu yang daya tahan tubuhnya sedang menurun seperti saya, bisa berbahaya juga.
Sebab, pada beberapa kasus – terutama yang menimpa remaja dan orang dewasa, parotitis bisa menyebabkan komplikasi. Di antaranya yaitu: ensefalitis (radang otak), pankreatitis (radang pankreas), meningitis (radang selaput otak), gangguan pendengaran dan keguguran jika menimpa ibu hamil. Seram juga, ya.
Parotitis memang biasa terjadi pada anak-anak, dan umumnya gejalanya juga relatif ringan. Sehingga pengobatan yang disarankan dari beberapa referensi yang saya baca juga, hanya konsumsi obat penurun demam dan nyeri serta perbanyak istirahat dan minum air putih.
Pada beberapa kondisi, gejala diperberat dengan nyeri otot, kelelahan, sakit perut bahkan pembengkakan pada testis (pada pria). Sehingga pengobatan pun sebaiknya disesuaikan dengan gejala yang diderita. Jangan ragu berkonsultasi dengan tenaga medis, ya, apalagi jika kondisi memburuk dengan cepat.
Mencegah dan Mengendalikan Parotitis
Walaupun bisa sembuh sendiri, parotitis ternyata juga bisa menyebar dengan cepat dan menyebabkan kejadian luar biasa. Saya sendiri ingat, pernah menangani KLB parotitis di tempat tinggal saya beberapa tahun lalu. Meskipun begitu, sesungguhnya parotitis bisa dicegah dan dikendalikan.
Salah satu cara mencegah parotitis adalah dengan imunisasi. Imunisasi yang biasa disebut MMR (Mump/Parotitis, Measles Dan Rubella) efektif mencegah parotitis terjadi pada anak. Jadi, kita bisa membawa anak-anak ke dokter anak untuk mendapatkan imunisasi MMR ini. Atau, menunggu anak hingga usia sekolah, karena MMR pada anak sekolah menjadi program imunisasi pemerintah.
Orang dewasa, juga bisa mendapatkan imunisasi ini. Namun, belum ada kajian khusus mengenai efektivitasnya, dan ada beberapa kondisi yang terlarang untuk mendapatkan imunisasi MMR. Jadi, tetap konsultasikan kepada dokter, jika ingin melakukan imunisasi MMR.
Cara lain untuk mengendalikan parotitis adalah dengan mengendalikan faktor risiko pencetus parotitis. Di antara faktor risiko tersebut adalah: belum divaksinasi MMR, memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah (pada orang dengan infeksi HIV dan penderita kanker), melakukan perjalanan ke daerah dengan tingkat penularan virus gondongan yang tinggi dan menjalani pengobatan kemoterapi atau mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang.
Jadi, supaya tidak terkena parotitis, kita harus menghindari kondisi tadi atau paling tidak waspada bila memang memiliki faktor risiko yang mempermudah terserang Parotitis.
Kita memang tidak bisa menghindar sama sekali dari paparan virus ini. Sebab, kita tidak bisa mensterilkan sama sekali lingkungan sekitar dari virus parotitis ataupun kuman penyebab penyakit lain. Yang bisa dilakukan adalah berusaha meminimalisir paparan tadi, atau meningkatkan daya tahan tubuh. Karena sistem imun yang baik, akan mampu mencegah kuman masuk dan menyebabkan serangan penyakit pada tubuh kita. Semoga semua pembaca tetap sehat, ya.
Referensi:
- Adrian, Kevin , dr. 2018. “Parotitis: Ini Gejala, Komplikasi dan Penanganannya”. <https://www.alodokter.com/parotitis-ini-gejala-komplikasi-dan-penanganannya> diakses pada 3 Juli 2022 jam 08.23 Wib.
- Fadli, Rizal, dr. 2021. “2 Penyebab Parotitis yang Harus Dihindari”. <https://www.halodoc.com/artikel/2-penyebab-parotitis-yang-harus-dihindari> diakses pada 3 Juli 2022 jam 08.32 Wib.
- ___, 2021. “Parotitis”. <https://m.klikdokter.com/penyakit/parotitis> diakses pada 3 Juli 2022 Jam 08.40 WIB.
- Puji, Aprinda. 2021. “Parotitis” <https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/infeksi-anak/penyakit-gondongan-parotitis/%3famp=1> diakses pada 3 Juli 2022 Jam 08.50 Wib.
No Responses